Umat Islam Masih dan Semakin Kuat
Umat Islam Masih dan Semakin Kuat - Kalau kamu mencari tahu kondisi umat Islam di Indonesia melalui sosial media, kemungkinan besar kamu bakal sering menemukan kata-kata “dizholimi penguasa”, “ditindas”, “disudutkan”, dan kata-kata berkonotasi negatif sejenis lainnya.
Terus terang, menurut saya itu pemilihan kata yang sangat tajam. Soalnya, andai saja saya tidak pernah buka facebook atau sosial media apa pun selama setahun terakhir, boleh jadi saya tidak akan menyangka umat Islam di negeri ini sedang dalam kondisi separah itu.
Kekuatan sosial media memang luar biasa. Berita supir ojeg online ditabrak model yang katanya cantik bisa dibuat seheboh pecahnya Perang Dunia Kedua. Sesuatu yang sejatinya kecil, biasa-biasa saja, atau bahkan tidak ada artinya bisa diledakkan jadi sesuatu yang besar dan menjalar ke mana-mana. Yah, memang beginilah karakteristik sosial media. Same old, same old.
Nah, kembali lagi ke kondisi umat Islam negeri ini.
Tidak bisa dipungkiri, memang ada beberapa kejadian yang mengganggu ketentraman umat Islam di negeri ini akhir-akhir ini. Mulai dari kasus MCA, kriminalisasi ulama, pengajian dibatalkan, feminisme, homoseksual, dan entah apalagi nanti. Kasus-kasus itu memang perlu diberi perhatian. Itu perlu. Yang tidak perlu adalah mem-blow-up kasus-kasus tersebut sedemikian rupa seakan-akan Hari Kiamat divonis akan terjadi besok.
Begini, kawan, umat Islam memang sedang tiba di era fitnah. Era Dajjal. Dan munculnya kejadian-kejadian yang disebut di atas hanya semakin membenarkan tibanya era fitnah.
Nah, apa parameter kemenangan penyebar fitnah? Ya, fitnahnya tumbuh besar dan menjalar ke mana-mana. Ini bukan pemikiran saya, tetapi tertulis dalam berbagai literatur sejarah Islam.
Ironisnya, dalam literatur juga dijelaskan kalau umat Islam sendirilah yang membantu memperbesar fitnahnya. Ini harusnya jadi pelajaran, bahwa hal terakhir yang harus dilakukan umat Islam untuk menanggapi api fitnah adalah menuangkan minyak ke dalamnya.
Mem-blow-up gangguan dan fitnah-fitnah kecil menjadi besar tidaklah bijaksana, apalagi sampai melabeli diri sebagai korban dan “dizholimi”. Ini malah ironis. Soalnya komunitas umat Islam yang jauh lebih pantas melabeli dirinya dizholimi --seperti Palestina-- justru menunjukkan mental yang kuat dan tegar. Mereka strong to the max. Kita yang masih kuat dari segi jumlah penganut dan support lingkungan begini malah lebih rapuh mentalnya. Kan ironis. Ini juga bisa bikin si penyebar fitnah malah gembira. Soalnya taktiknya berhasil.
Kalau kita mau menjauh dari sosial media sesaat dan melihat sekitar, keadaannya nggak separah itu kok. Banyak sekali hal baik yang terjadi di tubuh umat Islam sekarang ini.
Sekarang banyak orang ramai-ramai berhijrah, dari orang biasa sampai artis.
Popularitas ustadz dan ulama semakin menyaingi artis.
Masjid-masjid dan majelis ilmu semakin banyak peminatnya. Pembahasan tentang Islam semakin meluas.
Perempuan muslim mulai banyak yang berani memakai cadar di muka publik. Malah jadi tren.
Pemimpin ibukota bersahabat dengan ulama.
Bahkan teman facebook saya yang beberapa tahun terakhir selalu update status tentang komik dan film marvel, tiba-tiba share berita tentang Islam. Buat saya itu cukup mengejutkan (dalam artian positif).
Sedikit banyak, orang-orang semakin sadar beragama. Bukankah itu berarti eksistensi umat Islam di negeri ini semakin menguat ?
Saya sadar pasti banyak yang tidak setuju dengan tulisan ini. Namun saya merasa perlu mengungkapkannya mengingat betapa banyak suara yang berteriak umat Islam di ngeri ini sedang di ujung tanduk dan gawat darurat, padahal kenyataannya tidak separah itu. Maka tulisan ini ingin jadi penyeimbang. Biar perspektif kita lebih rasional dan objektif ketimbang emosional.
Semoga jadi bahan renungan.
Sumber : Renunganmuslem.com
0 Response to " Umat Islam Masih dan Semakin Kuat"
Post a Comment