Melihat Dunia lewat Kacamata Al Mulk ayat 3 dan 4
Melihat Dunia lewat Kacamata Al Mulk - Ada dua ayat Al-Quran yang menurutku keren sekali. Saking kerennya, keduanya terngiang terus di kepalaku belakangan ini. Namun ada rasa heran juga, mengapa ayat-ayat sekeren ini jarang sekali dibahas di kajian-kajian??
Fakta tersebut mengusik pikiranku. Maksudku, dunia perlu mendengar kedua ayat ini setiap hari. Digaungkan dari ujung ke ujung. Kedua ayat yang aku maksud adalah Surat Al-Mulk ayat 3 dan 4.
Mari kita baca terjemahannya:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Rabb yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan suatu cacat dan penglihatanmu itu dalam keadaan payah/letih” – Al-Mulk ayat 3 dan 4
Ok, ayo kita bedah perlahan-lahan. Kita mulai dari potongan ayat berikut:
“Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Rabb yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”
Menurut Ibnu Katsir – ahli tafsir populer dan terpercaya di dunia Islam– potongan ayat tersebut bermakna, “semuanya saling bersesuaian dan seimbang. Tidak ada pertentangan, benturan, ketidakcocokan, kekurangan, aib, dan kerusakan” (Tafsir Ibnu Katsir jilid 10 halaman 54)
Ibnu Katsir mengambil contoh langit. Beliau menulis, “Lihatlah ke langit dan telitilah, apakah terdapat cacat, kekurangan, atau ketidakseimbangan padanya?”
Nah, sekarang tengoklah ke luar jendela dan pandanglah langit.
Renungkan sebentar… apa ada yang cacat pada langit?
Aku rasa mudah untuk setuju bahwa langit tidak cacat. Sejak kita lahir sampai sekarang, langit selalu begitu. Ia berwarna biru saat siang, jingga saat petang, dan hitam saat malam. Kadang ia menurunkan hujan, kadang loloskan terik matahari. Di negeri lain, ia bisa turunkan hujan salju.
Langit itu stabil sekali. Tidak pernah down atau maintenance. Ia super balance. Seimbang. Ini tidak perlu diperdebatkan.
Ibnu Katsir cerdas mengambil contoh langit. Soalnya, di mana pun kita berada, kita pasti bisa melihat langit. Jadi kita bisa langsung membuktikan kebenaran potongan ayat tersebut.
Namun ada yang kurang: Ibnu Katsir cuma mengambil contoh langit. Menurutku itu kurang adil. Soalnya kita sama-sama tahu kalau langit adalah salah satu ciptaan Allah yang paling agung dan kuat. Sedangkan ayat tadi menuliskan:
“Kamu sekali-kali tidak akan melihat PADA CIPTAAN RABB yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”
Cermati baik-baik frase “pada ciptaan rabb”.
Apa saja sih ciptaan Rabb alias Allah? Betul sekali: semuanya.
Semua yang ada di alam semesta ini ciptaan-Nya. Ini prinsip sekali. Jadi, ayat tersebut pada dasarnya ingin mengatakan bahwa SEMUA ciptaan Allah itu seimbang. Bukan cuma langit saja yang seimbang dan tanpa cacat, yang lainnya juga demikian.
Hal itu jadi sangat menarik kalau dihubungkan dengan sisa ayatnya, yaitu:
“Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan TIDAK MENEMUKAN SUATU CACAT dan penglihatanmu itu dalam keadaan payah/letih”
Kata kuncinya adalah frase “tidak menemukan suatu cacat”.
Ini menarik. Soalnya kita tahu betul bahwa salah satu sifat buruk manusia adalah mencari-cari cacat dan kekurangan dari segala sesuatu. Contoh sederhana adalah ketika ada seorang figur publik yang berbuat salah, orang-orang akan ramai mem-bully-nya di internet. Mem-bully jadi sebuah selebrasi rutin. Ini selalu terjadi. Perilaku seperti ini bahkan ditunjukkan oleh komunitas muslim.
Nah, tadi kita sudah bahas tentang langit. Sekarang kita ambil contoh ciptaan Allah yang jauh lebih ‘remeh’, yaitu nyamuk.
Kalau kamu dengar kata “nyamuk”, apa yang segera terpikir di benakmu?
Yup, pasti tidak akan jauh dari berisik, gatal-gatal, bentol-bentol, bubuk abate, malaria, demam berdarah, chikungunya, dan penyakit kuning. Kesannya negatif dan jelek semua. Nyamuk itu penuh cacat. Tidak ada nyamuk, dunia akan lebih baik. Mudah bagi kita untuk bilang begitu.
Namun kalau kita melihat nyamuk sambil memikirkan ayat tadi, seharusnya kita akan menemukan bahwa nyamuk pun seimbang dan tanpa cacat. Soalnya, sama seperti langit, nyamuk juga ciptaan Allah, kan?
Pertanyaannya: di mana ya letak seimbangnya nyamuk?? Perasaan binatang yang satu ini nggak ada bagus-bagusnya?? Di mana seimbangnya??
Untunglah, di dunia ini ada profesi ahli serangga. Mereka telah meneliti dan melihat nyamuk berkali-kali (sesuai seruan surat Al-Mulk). Dan akhinya, ketemulah jawabannya.
Tahukah, kenapa nyamuk menghisap darahmu? Apakah untuk sekedar makan atau mengganggu tidurmu? Keduanya salah.
Hanya nyamuk-nyamuk betina yang menghisap darah. Mereka melakukannya supaya telur-telurnya tetap hangat dan bisa tumbuh sampai menetas dengan sempurna.
Seperti ayam yang mengerami telur-telurnya dengan tubuhnya, nyamuk pun mengerami telur-telurnya dengan pasokan darah di perutnya. Larutan darah itu jadi semacam inkubator penghangat bagi telur-telurnya.
Dalam bahasa yang lebih puitis, nyamuk betina itu ibarat ibu hamil yang ingin anaknya lahir dengan sempurna. Maka si ibu berusaha sebaik mungkin merawat kandungannya dengan cara apapun. Bukankah itu hal bagus?
Di balik jeleknya nyamuk, ternyata ia memperjuangkan sesuatu yang sangat serius, yaitu calon anak-anaknya sendiri. Ia rela menghisap darah manusia dengan resiko ditepuk dan tewas seketika. Bukankah itu keberanian yang patut diapresiasi? Pernahkah kamu renungkan fakta sederhana ini?
Maka ternyata benar, nyamuk pun seimbang. Sisi jelek dan baiknya berimbang (Jujur saja, sejak aku tahu fakta ini beberapa tahun yang lalu, aku nyaris tidak pernah menepuk nyamuk lagi. Paling aku tiduran sambil selimutan biar tidak dihisap nyamuk).
***
Kita sudah bahas langit dan nyamuk. Masih ada jutaan, bahkan milyaran ciptaan Allah lainnya. Semuanya memiliki keseimbangan.
Maka tugasmu sekarang adalah memakai Surat Al Mulk ayat 3 dan 4 sebagai kacamata, lalu lihatlah dunia dengannya. Temukan keseimbangan dari segala sesuatu. Lihatlah manusia, hewan, tumbuhan, bahkan benda mati sekali pun dengan kacamata ini. Jalanilah hari-harimu dengan sikap itu.
Ini sikap yang penting supaya kamu tidak menjalani hidup dengan sibuk mengomentari kesalahan, aib, kekurangan, dan cacatnya orang lain. Semua orang yang kamu anggap remeh saat ini, pasti memiliki kelebihan yang setara dengan kekurangannya itu. Pasti.
Pada akhirnya, semua kembali padamu. Kamu pun ciptaan Allah. Ada keseimbangan padamu. Dengan mindset seperti ini, kamu akan jauh lebih menghargai dirimu sendiri, tetapi tetap menghargai segala sesuatu di sekitarmu.
Bukankah itu indah?
Sumber : renunganmuslem.com
0 Response to "Melihat Dunia lewat Kacamata Al Mulk ayat 3 dan 4 "
Post a Comment