3 Sifat Ustman bin Affan yang mampu Mengubah dunia
3 Sifat Ustman bin Affan - Di dunia ini, ada sejumlah orang yang namanya tidak begitu dikenal masyarakat. Mereka seperti tiupan angin di malam hari: sejuk dan lembut, tetapi nyaris tidak terlihat.
Ya, orang-orang ini seakan tidak ada. Mereka tidak dilirik oleh mata-mata manusia yang mencari kekaguman. Bahkan terkadang mereka diremehkan. Namun pesona mereka mampu membubung melintasi lapisan-lapisan langit yang paling tinggi.
Ya, mereka tidak dikenal di bumi, tetapi sangat terkenal di langit. Aku menyebut mereka “The Undetected” –Mereka yang Tidak Terdeteksi.
Seiring waktu, nama-nama mereka semakin mengabur karena tergerus pergantian zaman. Mereka tergantikan oleh nama-nama terkenal yang hidup di masa kini, yang –meskipun jauh lebih populer– kehebatannya paling hanya sebutir debu dibanding mereka.
Maka dalam tulisan ini, aku akan menghidupkan kembali nama-nama mereka. Akan aku gaungkan nama-nama mereka. Tujuanku satu: supaya kamu belajar menjadi manusia sejati dari mereka.
Mari simak.
Ada buku bagus berjudul “Quiet: Kekuatan Introvert di Dunia yang Tidak Bisa Berhenti Berbicara”
Kalau belum pernah baca bukunya, tidak apa-apa. Namun kamu minimal pernah dengar istilah “introvert” kan? (Keterlaluan kalau belum pernah)
Istilah “introvert” dibuat oleh ahli psikologi bernama Carl Gustav Jung. Menurutnya, kepribadian manusia secara umum terbagi menjadi dua, yaitu “ekstrovert” dan “introvert”. Apa perbedaan antara keduanya?
Penjelasan sederhananya seperti ini:
- Ekstrovert punya ciri khas suka berbicara, lingkaran pertemanannya luas, dan suka keramaian.
- introvert punya ciri khas pendiam, lingkaran pertemanannya kecil, dan lebih suka menyendiri.
Itu penjelasan sederhananya (Ada penjelasan ultra-detilnya, tetapi tidak usah dibahas supaya kamu tidak pusing).
Nah, buku “Quiet” menjelaskan bahwa orang-orang introvert itu selalu dianggap sebagai ‘masyarakat kelas dua’. Pasalnya, kita hidup di tengah masyarakat yang sangat mengagumi “pencitraan”. Lihat saja, orang-orang yang terkenal di masa kini rata-rata punya profesi penyanyi, public speaker, motivator, vlogger, aktor/aktris, atau politikus. Mereka punya “skill pencitraan” yang tinggi, seperti suara yang merdu, pintar berbicara, ekspresif, dan punya banyak teman.
Skill-skill seperti itu –biasanya– dimiliki oleh orang-orang berpribadi ekstrovert. Maka muncullah sebuah standar di masyarakat: kalau mau sukses, kamu WAJIB jadi seorang ekstrovert! Jangan jadi introvert yang pendiam, serius, kurang gaul, dan tidak suka tempat ramai! Mereka aneh dan tidak bisa sukses seperti ekstrovert!
Yup, begitulah masyarakat mencap introvert. Dan sebagai seorang introvert, aku bisa membenarkan anggapan tersebut. Para introvert seperti dikucilkan dan dianaktirikan oleh peradaban.
Namun, penelitian dari buku “Quiet” menunjukkan hasil sebaliknya. Ternyata para introvert pun bisa sukses dengan caranya sendiri. Contohnya adalah JK Rowling yang sukses dengan menulis Harry Potter, Bill Gates yang sukses mendirikan Microsoft, dan Rosa Park yang sukses mengangkat derajat ras kulit hitam hanya dengan diam saja. Ya, hanya dengan diam saja, serius. Dan masih ada lagi belasan introvert lainnya yang sukses dengan caranya sendiri.
Sayangnya, buku tersebut tidak memasukkan satu nama lagi. Padahal, bisa jadi nama ini adalah introvert terbaik yang pernah hidup. Kamu harus mengenalnya.
Siapa dia?
Dia adalah Utsman bin Affan Radiyallahuanhu.
Utsman bin Affan Radiyallahuanhu –atau kita sebut saja Utsman– adalah seorang sahabat Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam. Dia adalah salah satu Assabiqunal Awwaluun, yaitu orang-orang pertama yang memeluk Islam.
Ada banyak hal yang bisa dijelaskan tentang Utsman. Namun dalam tulisan ini, aku akan jelaskan tiga saja sifat khasnya, yaitu: beliau sangat pemalu, sangat pendiam, dan tidak menyukai popularitas.
Utsman sungguh sangat pemalu. Pernah suatu ketika, beliau bertamu ke rumah Rasul. Rasul yang mengetahuinya bergegas memperbaiki posisinya yang sedang selonjor santai menjadi duduk. Mengapa? Soalnya Rasul tahu kalau Utsman sangat pemalu.
Kalau Utsman melihat Rasul sedang selonjor, bisa-bisa Utsman langsung pulang karena malu melihat posisinya yang kurang formal itu. Unik juga ya? Yang selonjor siapa, yang malu siapa. Namun begitulah Utsman.
Utsman juga sangat pendiam. Di saat Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib Radiyallahuanhum memberikan pidato yang panjang dan memorable saat diangkat menjadi Khalifah, tahukah apa yang diucapkan Utsman?
Jawabannya cukup mengejutkanku. Saat ditanya apakah beliau siap jadi Khalifah, beliau hanya menjawab “Ya”. Itu saja. Tidak ada orasi panjang lebar yang menggebu-gebu.
Bukti lain pendiamnya Utsman adalah beliau jarang sekali meriwayatkan hadits. Silahkan buka Kitab Shahih Bukhori-Muslim. Aku pribadi belum pernah menemukan hadits yang diawali, “dari Utsman bin Affan Radiyallahuanhu, ia berkata…”
Utsman juga tidak menyukai popularitas. Di mana pun ada keramaian yang bisa membuatnya terlihat menonjol, Utsman selalu menjauhinya. Hiruk pikuk pencitraan tidak pernah jadi daya tarik beliau. Tenang dalam ketidaktampakan selalu menjadi pilihannya.
Meskipun setahuku tidak ada buku-buku Islam yang pernah menyebut Utsman seorang introvert, beliau jelas memiliki ciri-ciri kepribadian tersebut dalam dirinya. Bahkan Rasulullah menegaskan bahwa Utsman adalah umatnya yang paling pemalu.
Nah, sesuai dengan penjelasan buku “Quiet”, ke-introvert-an Utsman ternyata sempat membuatnya diremehkan, baik oleh lawan maupun kawan. Ini terutama terjadi ketika beliau diangkat sebagai Khalifah.
Diangkatnya Khalifah Utsman berawal dari gugurnya Khalifah Umar bin Khattab. Gugurnya Umar membuat Romawi bersorak gembira. Bagaimana tidak, Umar yang tangguh dan penakluk Romawi itu telah tiada. Kalau ingin menyerang balik pemerintahan Islam, sekaranglah saatnya. Kapan lagi, kan?
Eh, tapi… apa mereka tidak takut dengan Utsman, khalifah Islam yang baru?
Duh, bagaimana mau takut, mereka saja tidak kenal Utsman. Berbeda dengan Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Khalid bin Walid Radiyallahuanhum, Utsman tidak punya prestasi perang yang fantastis-bombastis. Beliau biasa-biasa saja. Kehebatan beliau saat perang adalah sumbangan logistik dan harta bendanya dalam Perang Tabuk, tetapi Romawi mana tahu dan peduli soal itu. Mereka yang ditakuti saat perang adalah yang lihai mengayunkan pedangnya, bukan yang menyumbang harta dan logistik.
“Siapa sih Utsman? Kayaknya cemen deh. Bisalah dibikin tepar dengan sekali pukul.” mungkin itulah yang dipikirkan Romawi. Apalagi usia Utsman waktu itu sudah 70 tahun, sudah kakek-kakek yang –normalnya— sudah menikmati masa pensiun.
Maka dengan penuh percaya diri, Romawi bermaksud melancarkan serangan balik ke wilayah pemerintahan Islam. Dalam pikiran mereka, Islam mudah ditaklukkan sekarang. Kan yang memimpin Islam cuma seorang kakek introvert yang tidak berbahaya.
Oh, betapa kelirunya mereka.
Ketika tahu Romawi bermaksud menyerang, Utsman langsung menyusun strategi. Dengan tenang dan tak terdeteksi, beliau memerintahkan panglima-panglima muslim di seluruh wilayah –termasuk kerabatnya yang tangguh, Muawiyah bin Abu Sufyan— untuk bergerak dan menghadapi serangan Romawi.
Apa yang terjadi berikutnya? Ternyata SEMUA serangan Romawi berhasil dipatahkan! Bahkan wilayah persebaran Islam semakin menyebar luas ke wilayah Romawi seperti tinta yang diteteskan di atas kertas putih. Romawi semakin terdesak. Islam semakin luas. Semakin terang cahayanya.
Namun itu belum seberapa.
Waktu itu, Romawi memiliki basis militer di kepulauan Cyprus. Maka Utsman memutuskan untuk menginvasi Cyprus.
Keputusan ini cukup… gila.
Bagaimana tidak, menyerang Cyprus berarti umat muslim harus berperang di laut untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Bayangkan, orang-orang yang setiap hari melihat pasir dan ketemu hujan sekali saja sudah sujud syukur ini disuruh perang di laut. Apa mereka tidak keburu muntah dan pingsan gara-gara mabuk laut? Apa mereka tidak khawatir dengan resiko itu?
Negatif. Penyerangan ke Cyprus tetap dilaksanakan. Maka terjadilah Perang Cyprus yang sangat masyhur itu. Dan ternyata, Pasukan Utsman menang telak! Pasukan Romawi mengakui kehebatan pasukan Utsman. Bahkan mereka harus menandatangani pakta damai.
Siapa sangka? Kemenangan sebesar itu dipelopori oleh seorang kakek introvert yang bisa pulang hanya gara-gara lihat Rasul selonjor dan cuma berkata “ya” saat dilantik jadi Khalifah. Umat muslim sekalipun mungkin tidak pernah memimpikannya.
Serangan tidak hanya dilakukan dari luar oleh Romawi, tetapi juga dari dalam oleh kaum pemberontak. Ya, mungkin inilah fase tersedih dalam kehidupan Utsman. Pasalnya, kaum pemberontak itu adalah orang-orang Islam juga. Mereka termakan fitnah yang disebar oleh Abdullah ibnu Saba, seorang penyusup Yahudi.
Dari segi kekuatan, sebenanya mudah sekali menyingkirkan kaum pemberontak. Utsman masih memiliki Ali bin Abi Thalib dan si-pengetuk-pintu-Konstantinopel Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai kompatriotnya. Bila beliau mau, pemberontak itu bisa dibereskan dalam sekejap.
Namun Utsman menolak dengan alasan kaum pemberontak itu adalah orang-orang Islam, alias saudaranya sendiri. Lebih baik darahnya sendiri yang tumpah daripada darah muslim lain tumpah di tangannya. Maka singkat cerita, Utsman pun pasrah dan akhirnya gugur syahid di tangan pemberontak.
Ada banyak hal lain tentang Utsman yang tidak akan cukup dijelaskan dalam artikel ini. Namun satu hal yang pasti, ternyata seorang kakek introvert, pemalu, pendiam, dan tidak suka popularitas seperti Utsman bin Affan mampu mengubah dunia. Tentu saja, semua itu terjadi atas izin Allah.
Namun di atas segalanya, Utsman adalah seorang manusia, sama seperti kamu. Kalau beliau bisa melakukannya, kenapa kamu tidak?
Sumber : renunganmuslem.com
0 Response to "3 Sifat Ustman bin Affan yang mampu Mengubah dunia"
Post a Comment