Cerita Hebat Seorang Umar bin Khattab

https://klutikjoss87.blogspot.com/2018/04/cerita-hebat-seorang-umar-bin-khattab.html

Umar bin Khattab - Siapa sih tokoh-tokoh yang paling diidolakan di masa kini?

Ya, mereka rata-rata figur publik.

Contohnya penyanyi, pemain film, vlogger, motivator, dan politikus. Dan mereka punya satu kesamaan, yaitu orang-orang yang terkenal karena punya kemampuan “pencitraan” di atas rata-rata.

Ada penyanyi dengan suara merdunya; pemain film dengan kemampuan aktingnya; dan vlogger, motivator, hingga politikus dengan kemampuan public speaking-nya yang membius audiens. Bila mereka melakukannya dengan baik, para penggemar akan berdatangan dengan sendirinya.

Ketika lebih muda, aku selalu berpikir bahwa seperti itulah ciri-ciri sejati orang sukses: terkenal dan bisa mencitrakan dirinya secara sempurna di depan orang banyak. Aku mengidolakan mereka. Aku ingin sekali menjadi seperti mereka.

Yah, siapa sih yang tidak ingin jadi orang terkenal dan disambut sorak sorai pujian dari kerumunan? Setiap orang pasti pernah memimpikannya minimal satu kali.

Namun, seiring mempelajari Islam, pendapatku perlahan-lahan dirubuhkan. Bahkan hancur total.

Di dunia ini, orang yang benar-benar hebat justru tidak populer dan tidak mencitrakan dirinya. Mereka apa adanya dan tidak terdeteksi oleh keramaian. Dikenal angin malam saja sudah cukup bagi mereka. Kalau aku, kamu, atau siapapun ingin jadi manusia yang lebih baik, bergurulah pada mereka.

Pelajaran tersebut aku dapat dari beberapa tokoh muslim yang hidup di masa lampau. Kawan, kau harus tahu mereka. Kau harus kenal mereka.

Ketika aku membaca kisah mereka, pipiku terasa ditampar berulang kali. Aku membentak diriku dalam hati, “ke mana saja aku selama ini!? Kenapa aku baru tahu orang-orang seperti mereka pernah hidup!? Mereka menakjubkan.”

Tak ayal, definisiku tentang orang sukses berubah total.

Kau tahu kenapa? Mari aku ceritakan sekilas kisah mereka.

Umar bin Khattab Radiyallahuanhu.

Beliau adalah adalah salah satu tokoh penting dari kaum Quraisy. Orangnya keras, bahkan pernah menjadi penentang nomor satu Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam. Namun hidayah datang padanya dan beliau pun masuk Islam. Menurut beberapa buku, beliau jadi orang ke-40 yang masuk Islam.

Sejak saat itu, dakwah Islam semakin terang-terangan. Reputasi Umar juga semakin cemerlang. Beliau dikenal sebagai pembela Rasulullah dan Islam yang paling setia. Pun panglima muslim paling hebat selain Ali bin Abi Thalib dan Khalid bin Walid Radiyallahuanhuma.

Bisa dibilang, beliau jadi lumayan populer.

Nah, satu hal yang harus kau tahu tentang “popularitas” pada zaman dulu adalah: ia berbeda sekali dengan “popularitas” zaman sekarang.

Sekarang, ada koran, televisi, dan internet. Saat seseorang menjadi terkenal, segala informasi tentangnya akan cepat sekali tersebar luas. Mulai dari wajahnya, postur tubuhnya, pacarnya, suaminya, istrinya, anak-anaknya, teman-temannya, kegiatannya sehari-hari, bahkan skandal dan aib mereka, semuanya mudah diakses publik.

Namun zaman dulu belum ada koran, televisi, apalagi internet. Informasi tidak menyebar luas secepat sekarang karena hanya beredar dari mulut ke mulut. Maka saat seseorang menjadi terkenal, yang diketahui tentangnya hanyalah nama dan sekelebat desas-desus. Populernya hanya sebatas itu. Dan itulah yang terjadi pada Umar bin Khattab.

Mari kita lihat. Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi Amirul Mukminin (julukan bagi pemimpin pemerintahan Islam), Islam tumbuh semakin pesat. Penganutnya semakin banyak. Umar jadi pemimpin yang disegani, bahkan oleh kaisar Romawi.

Nah, kau tahu apa hobi Umar waktu itu?

Pinjam istilah kekinian, beliau hobi “blusukun”. Di kala senggang, beliau akan keluar rumah, keliling kota, dan membantu siapa pun yang bisa beliau bantu.

Uniknya, beliau sering melakukannya sendiri dan pada malam hari pula. Tidak ada pengawal, ajudan, paspampres, atau semacamnya. Yang ada hanya beliau, kesunyian, angin malam, dan penduduk-penduduk yang dibantunya.

Bantuan seperti apa yang diberikan Umar? Ya, apa pun.

Kebanyakan malah hal-hal yang remeh, seperti mengangkut karung gandum, membantu ibu-ibu melahirkan (dibantu istrinya), sampai mendengar keluh kesah penduduk perempuan yang kesepian karena ditinggal perang oleh suaminya. Umar suka sekali kegiatan-kegiatan seperti itu.

Lucunya, orang-orang yang dibantu seringkali tidak mengenali Umar. Bahkan setelah dibantu, mereka berkomentar seperti ini, “Kau baik sekali. Andai saja Khalifah Umar bin Khattab baik seperti kamu.”

Waduh, hahaha.

Aku spontan tertawa saat membaca bagian tersebut dari buku “Biografi Khalifah Rasulullah.” Ada rasa kesal juga sih. Orang-orang yang dibantu itu —selain tidak sopan— tidak update pula. Masa’ wajah pemimpin negaranya sendiri tidak familiar? Helloo, ente sedang bicara dengan salah satu tangan kanannya rasul lho. Masa' berani bilang begitu. Kan kurang ajar.

Namun di sinilah kerennya.

Komentar-komentar seperti itu SERING sekali diterima Umar bin Khattab selama beliau menjabat sebagai Amirul Mukminin. Kalau aku berada di posisi beliau, mungkin aku akan emosi. Aku akan membentak pendudukku, “Eh, ente ini gimana sih?? Khalifah Umar yang ente omongin ya lagi berdiri di depan ente sekarang! Ck, gimana orang Islam mau maju kalau rakyatnya kayak ente semua? Belajar lagi sana yang bener! ”

Namun, apakah demikian reaksi Umar?

Negatif. Beliau justru berlalu dengan teratur, interospeksi diri, membuat peraturan baru yang memudahkan rakyatnya, lalu melanjutkan “blusukan sunyi”-nya.

Setiap kali membantu penduduknya, komentar-komentar seperti itu berulang kali diterimanya. Duh, kawan —jangankan pujian—beberapa penduduknya bahkan tidak mengenali wajahnya. Padahal Umar pemimpinnya sendiri. Itu kan keterlaluan.

Namun Umar tidak terpengaruh sedikit pun. Sorak sorai, lambaian tangan, popularitas, pujian, bahkan pengakuan eksistensi tidak ada artinya bagi beliau. Beliau tidak sakit hati, apalagi merasa jadi korban. Yang beliau pikirkan hanyalah segala bantuan yang dia berikan untuk penduduknya bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Hanya Allah yang bisa mengapresiasinya secara maksimal. Baginya, itu sudah cukup. Maka apresiasi-apresiasi lainnya menjadi tidak begitu penting.

Dengan prinsip seperti itu, Umar bin Khattab bisa menjalani hidupnya secara maksimal. Beliau jadi hamba Allah yang baik, pemimpin yang baik, pun manusia yang baik.

Ketika membaca kisah ini untuk pertama kalinya, aku seakan dihantam oleh buku yang sedang aku baca (yang jumlah halamannya cukup tebal untuk memingsankan maling jika dipukulkan ke kepalanya). Aku seakan terbangun.

Orang-orang seperti Umar bin Khattab inilah yang seharusnya menjadi idola kita, terutama anak-anak muda yang masih mencari jati diri.

Dan tidak lupa, sifat Umar tersebut sedikit banyak merupakan warisan dari mentornya: Rasulullah Sholollahualaihi Wasallam. Dan Rasul mendapatkan akhlaknya dari Al-Quran, yang diturunkan oleh Allah azza wa jalla.

Maka jadilah seperti Umar: Tidak masalah tidak terdeteksi manusia. Yang penting terdeteksi Allah.

Mundur dari keramaian lebih baik jika itu membuatmu lebih dekat kepada Allah.

1 Response to "Cerita Hebat Seorang Umar bin Khattab"

  1. Terima kasih,, kisahnya sangat memberikan motivasi..

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel